Kesenian rakyat "bantengan" adalah ritual pertunjukan yang lumayan mistis. Pemain bantengan akan dirasuki oleh tenaga mistis binatang banteng atau kerbau, dan bertingkah laku seperti halnya hewan kerbau. Khusus wilayah kota Malang dan Batu, kesenian ritual bantengan sangat populer sebagai pertunjukan yang kerap ditanggap pada acara acara khusus.
Menurut cerita pinisepuh, kesenian bantengan ini pertama kali dimainkan oleh prajurit infantri dari kerajaan Singasari tahun 1200-1300 yang pusat pemerintahannya memang didekat Malang. Mereka memainkan ini sebagai bagian dari olah latih beladiri pencak silat dan ritual yang dikemas jadi satu. Gerakan liar banteng yang dirasuki oleh kekuatan mistis hewan ini akan menyeruduk dan bertahan (attack and defense) secara bertubi tubi, sekilas posisi ini memang dibutuhkan oleh prajurit saat melakukan gempuran kepada lawan dalam posisi pertempuran jarak dekat.
Dalam prakteknya sekali tampil, bantengan tidak hanya satu saja, tapi bisa sampai beberapa kelompok turut serta. Satu banteng dikendalikan oleh dua pria dewasa, satu orang didepan memegang kepala banteng **** hsgautama.blogspot.com
bertanduk, lalu disisi ekor akan dipegang oleh partnernya. Sekilas ini mirip barongsai yang juga dikendalikan oleh dua orang. Jika diperhatikan, hanya pemegang kepala banteng itu saja yang kerasukan oleh kekuatan mistis banteng. Saat kerasukan gerakan dia akan dikendalikan oleh lecutan pecut yang dipegang oleh sesepuh kelompok, dan pecut inilah semacam tombol pemicu agar banteng beringas bergerak. Sehabis pecut dilecutkan keras diudara, maka para banteng akan mengambil posisi untuk saling beradu kepala. Sebuah pertunjukan yang lumayan keras dan berbahaya. Dalam satu acara di pageralaran Nuswantara Artnival 2016 kemarin di Batu, Bantengan sempat digelar massal dengan melibatkan sekitar 500 orang, sebuah pertunjukan besar besaran yang dikerahkan oleh sesepuh kelompok ini mas Agus. *** hsgautama.blogspot.com
Menurut cerita pinisepuh, kesenian bantengan ini pertama kali dimainkan oleh prajurit infantri dari kerajaan Singasari tahun 1200-1300 yang pusat pemerintahannya memang didekat Malang. Mereka memainkan ini sebagai bagian dari olah latih beladiri pencak silat dan ritual yang dikemas jadi satu. Gerakan liar banteng yang dirasuki oleh kekuatan mistis hewan ini akan menyeruduk dan bertahan (attack and defense) secara bertubi tubi, sekilas posisi ini memang dibutuhkan oleh prajurit saat melakukan gempuran kepada lawan dalam posisi pertempuran jarak dekat.
Dalam prakteknya sekali tampil, bantengan tidak hanya satu saja, tapi bisa sampai beberapa kelompok turut serta. Satu banteng dikendalikan oleh dua pria dewasa, satu orang didepan memegang kepala banteng **** hsgautama.blogspot.com
bertanduk, lalu disisi ekor akan dipegang oleh partnernya. Sekilas ini mirip barongsai yang juga dikendalikan oleh dua orang. Jika diperhatikan, hanya pemegang kepala banteng itu saja yang kerasukan oleh kekuatan mistis banteng. Saat kerasukan gerakan dia akan dikendalikan oleh lecutan pecut yang dipegang oleh sesepuh kelompok, dan pecut inilah semacam tombol pemicu agar banteng beringas bergerak. Sehabis pecut dilecutkan keras diudara, maka para banteng akan mengambil posisi untuk saling beradu kepala. Sebuah pertunjukan yang lumayan keras dan berbahaya. Dalam satu acara di pageralaran Nuswantara Artnival 2016 kemarin di Batu, Bantengan sempat digelar massal dengan melibatkan sekitar 500 orang, sebuah pertunjukan besar besaran yang dikerahkan oleh sesepuh kelompok ini mas Agus. *** hsgautama.blogspot.com
0 Response to "Seni ritual Bantengan dikota Batu warisan era kerajaan Singasari"
Posting Komentar