Hidup di keluarga baru bagi seorang wanita itu tak mudah. Memahami karakter dan menyesuaikan diri di rumah mertua itu tak mudah saat ia datang sendiri. Rela berjauhan dengan keluarganya hanya demi menjaga anak laki-lakimu. Wahai para mertua.
Sayangi dia seperti anak kandungmu sendiri, karena kalian tidak pernah mengandung dan menyusuinya.
Jangan memandangnya sebelah mata, tidak mudah baginya datang kerumahmu sendirian dan harus menyesuaikan diri sedemikian rupa. Ya, dikeluarga barunya, agar bisa hidup bersama keluarga baru itu juga. Semua itu tidak mudah, menyatukan karakter orang yang berbeda-beda.
Jangan bisa mencacinya, karena kau tak pernah bersusah payah mengandung apalagi menyusuinya. Jangan bilang ia tak bisa bereskan rumah, jangan bilang ia tak becus. Padahal kau tak pernah memberitahu seperti apa maumu!
Jangan bisa mencacinya, karena kau tak pernah bersusah payah mengandung apalagi menyusuinya. Jangan bilang ia tak bisa bereskan rumah, jangan bilang ia tak becus. Padahal kau tak pernah memberitahu seperti apa maumu!
Karena kalian tak pernah menyekolahkannya
Jangan menganggapnya bodoh, karena orangtuanya telah bersusah payah mendidiknya. Membiayai sekolahnya. Dan engkau hanya tinggal memetik hasilnya.
Ia telah dipilih anakmu, menjadi pendamping hidup anakmu sampai akhir hayatnya. Jika engkau lihat ia tak pandai, maka salahkan anakmu. Toh anakmu hanya sekedar memilih. Jika ia bisa mendapatkan yang lebih cerdas kenapa tidak pilih yang lain.
Jangan ceritakan kepada tetangga sebelah, tentang masakannya yang kurang sedap. Bisa jadi kehidupannya lebih baik di keluarga lamanya, karena ada pembantu yang siap menyediakan segalanya. Masih untung ia mau belajar hidup sengsara bersama suaminya.
Ia telah dipilih anakmu, menjadi pendamping hidup anakmu sampai akhir hayatnya. Jika engkau lihat ia tak pandai, maka salahkan anakmu. Toh anakmu hanya sekedar memilih. Jika ia bisa mendapatkan yang lebih cerdas kenapa tidak pilih yang lain.
Jangan ceritakan kepada tetangga sebelah, tentang masakannya yang kurang sedap. Bisa jadi kehidupannya lebih baik di keluarga lamanya, karena ada pembantu yang siap menyediakan segalanya. Masih untung ia mau belajar hidup sengsara bersama suaminya.
Yang lebih penting, ia ikhlas melayani dan menjaga anak lelakimu
Kalau memang anakmu memilih yang lain. Mungkin memang bukan jodohnya, tapi ia dan anakmu telah mengikat janji. Menantumu telah berjanji ikhlas akan menjaga dan setia dalam susah duka menjalani hidup bersama anakmu.
Ia akan selalu ada untuk suaminya. Bukan untuk orangtuanya. Karena ia rela tinggalkan orangtuanya, untuk hidup berdampingan dengan suaminya hingga akhir hayatnya.
Ia akan selalu ada untuk suaminya. Bukan untuk orangtuanya. Karena ia rela tinggalkan orangtuanya, untuk hidup berdampingan dengan suaminya hingga akhir hayatnya.
Yang lebih tidak berperasaan adalah ketika kau benci padanya entah karena apa, padahal ia siap meregang nyawa demi melahirkan cucumu, penerus generasimu.
Apa kau masih belum bisa membuka mata hatimu? Orangtuanya saja melepasnya dengan air mata. Tapi kau benci padanya. Lihat perjuangannya saat mengandung cucumu, itu generasi penerusmu. Yang nanti akan melanjutkan dinasti, semoga bukan dinasti kekejamanmu!
Karena kau mertua wanita yang pernah melahirkan anak laki-laki. Jadi tahu bagaimana susah mengandung, sakitnya melahirkan dan payahnya menyusui. Merasa kesal saat mendidik, menahan amarah bersabar dalam merawat dan melihat kenakalan anakmu dulu. Itu juga yang dijalani menantumu. Apa kau masih belum bisa membuka mata hatimu?
Karena kau mertua wanita yang pernah melahirkan anak laki-laki. Jadi tahu bagaimana susah mengandung, sakitnya melahirkan dan payahnya menyusui. Merasa kesal saat mendidik, menahan amarah bersabar dalam merawat dan melihat kenakalan anakmu dulu. Itu juga yang dijalani menantumu. Apa kau masih belum bisa membuka mata hatimu?
0 Response to "Wahai Mertua, Hargai Menantumu, Karena Ia Rela Menjaga Anakmu Hingga Berjuang Melahirkan Cucumu"
Posting Komentar