Abdullah Balbed, Orang Pertama yang Bersepeda dari Indonesia ke Amerika

Washington DC - Kamis (20/8/2015), masyarakat Indonesia di Washington DC dan sekitarnya dikejutkan oleh kabar meninggalnya  Abdullah Balbed, seorang warga Indonesia yang telah menetap di Amerika Serikat selama hampir 60 tahun. Selain menyisakan duka mendalam bagi keluarga, kepergian sesepuh yang dikenal ramah dan rendah hati itu juga  menimbulkan rasa kehilangan di kalangan banyak orang yang mengenalnya.

Pak Balbed, begitu ia akrab disapa, adalah sebuah legenda. Keberangkatannya ke Amerika Serikat pada Januari 1955 menjadi buah bibir di seantero negeri lantaran dia menjadi orang pertama yang melakukan perjalanan dari Indonesia ke Amerika menggunakan sepeda. Bersama dua rekannya, Sujono Djono dan Rudolf Lawalata, selama hampir dua tahun Balbed menjelajah benua Asia, Eropa, hingga akhirnya sampai ke Amerika
"Kami dilepas secara langsung oleh Bung Karno. Banyak media memuat berita mengenai perjalanan kami. Karena menarik begitu banyak perhatian, tidak sedikit orang yang membantu di perjalanan," tutur Balbed dalam perbincangan dengan detikcom beberapa waktu lalu.
Saat itu Indonesia di bawah Presiden Soekarno tengah memobilisir negara-negara Asia-Afrika untuk menggaungkan perlawanan terhadap kolonialisme dan kritik terhadap kapitalisme. Sejarah mencatat, Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan pada bulan April 1955, hanya empat bulan setelah keberangkatan Balbed dan kawan-kawan ke Amerika.

Secara politik, perjalanan ke negara yang menjadi jantung kapitalisme tapi sekaligus turut berperan dalam pemerdekaan Indonesia itu memiliki makna tersendiri. Kita tidak tahu pasti apa yang ada di benak Bung Karno saat melepas mereka. Namun ada fakta sejarah tak terbantahkan bahwa setahun setelah penyelenggaraan KAA, yaitu pada bulan Mei 1956, Bung Karno untuk pertama kalinya berkunjung ke AS dan disambut secara meriah oleh publik Paman Sam.

Dalam pidatonya di National Press Club, Bung Karno berujar kepada publik AS: "kita mungkin berbeda dalam hal taktik karena masalah yang kita hadapi saat ini berbeda, tapi kita punya tujuan yang sama" yaitu "kemerdekaan yang lebih luas untuk umat manusia." Dengan pidatonya, Bung Karno sepertinya ingin menarik simpati negara pemenang perang tersebut.

Meski berangkat duluan, tapi Balbed tiba belakangan dari Bung Karno. Tentu saja, Bung Karno berangkat dengan pesawat, sementara Balbed bersepeda. Dia baru tiba di AS tiga bulan setelah Bung Karno pulang. Di masa itu belum banyak stasiun televisi yang beroperasi di Indonesia. Berita mengenai perjalanan Balbed dan kawan-kawan kebanyakan diliput oleh radio dan koran.
"Saya masih menyimpan klipingnya, kapan-kapan saya tunjukkan," kata Balbed, sebuah rencana yang tak sempat terlaksana hingga kepergiannya menghadap Tuhan.

Selain legenda sepeda, Balbed juga dikenal sebagai tokoh yang paham betul sejarah KBRI Washington DC serta hubungan bilateral Indonesia-Amerika. Setelah tiba di AS, tak memakan waktu lama bagi Balbed untuk ditarik oleh KBRI sebagai pegawai. Balbed yang semula tidak berniat menetap di Amerika akhirnya mengubah rencana.
"Waktu itu saya ditawai oleh Bapak Duta Besar Moekarto (Notowidigdo) untuk bekerja sebagai local staff di KBRI, dan saya terima tawaran itu," tuturnya.

Sejak itu Balbed tinggal di Amerika, dan hingga 50 tahun kemudian mengabdi kepada negara dengan bekerja sebagai staf di KBRI, sebelum akhirnya pensiun pada tahun 2006. Setelah purna tugas, Balbed masih kerap aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan KBRI, antara lain sebagai penerjamah. Selain kepiawaian mengendarai sepeda, pria keturunan Arab itu juga dikenal sebagai seorang poliglot. Balbed juga kerap disewa sebagai penerjemah oleh Departemen Luar Negeri AS.

Selama 60 tahun malang-melintang di Washington DC, Balbed menjadi saksi hidup atas pasang surut dan perkembangan hubungan Indonesia-AS. Dengan daya ingatnya yang tajam, dia bisa menyebut secara akurat momen-momen penting dalam hubungan kedua negara. Dia bahkan ingat di luar kepala kapan KBRI menjamu tokoh-tokoh penting AS, seperti Wakil Presiden Hubert Humphrey pada tahun 1967 dan Wakil Presiden Walter Mondale pada tahun 1980.

Selain itu, Balbed juga paham betul mengenai sejarah gedung KBRI yang dibangun pada tahun 1901 sebagai sebuah rumah pribadi dan dibeli oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Tulisan Balbed mengenai sejarah gedung historis tersebut pernah dimuat di The Jakarta Post dan ditampilkan di laman KBRI.

Kepergian Balbed amat mengejutkan siapapun yang mendengarnya. Pasalnya, meski sudah sepuh, pria kelahiran 3 November 1935 tersebut masih tampak bugar. Ke mana-mana Balbed selalu menyetir sendiri mobilnya. Tiga hari sebelum kepulangannya, dia bahkan sempat menjadi pembaca doa pada upacara bendera dalam rangka peringatan 70 tahun HUT RI di Wisma Dubes.

Usai upacara, detikcom sempat menyalaminya seraya mengucapkan terima kasih atas pembacaan doanya. Seperti biasa, dia tertawa ramah dan sumringah. Rupanya upacara itu menjadi momen terakhir dia memberikan penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih. Sabtu, dua hari setelah mangkatnya, jenazah Balbed dimakamkan di sebuah pemakaman asri di Virginia, diiringi doa dari keluarga dan teman-teman dekatnya. Selamat jalan Balbed sang legenda!
(nrl/nrl)

0 Response to "Abdullah Balbed, Orang Pertama yang Bersepeda dari Indonesia ke Amerika"

Posting Komentar